Jumat, 21 Juni 2013

PERLAKUKAN ANAK ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) DENGAN KASIH SAYANG

Hari itu saya mengajar di kelas IV. Seperti biasa saya mengabsen seluruh siswa, dan alhamdulilah hadir semua. Hari itu pula saya sudah menjanjikan pada siswa bahwa akan diadakan ulangan praktek hapalan Al-qur'an surah pendek pilihan yang materinya sudah diberitahukan terlebih dahulu. Dengan demikian saya berharap semua siswa telah mempersiapkan diri.
Setelah semuanya siap saya memanggil siswa satu persatu berdasarkan urutan absen. Siswa pun mengikuti ulangan praktek sesuai yang namanya dipanggil. Setelah beberapa siswa saya panggil ternyata hampir semua siswa hapal materi yang telah diajarkan. Siswa yang telah menunaikan tugasnya tampak berseri seri karena mereka telah selesai dengan ulangannya dan saya sebutkan nilai yang mereka peroleh secara terbuka, dan hal ini menjadikan motivasi bagi mereka terutama yang memperoleh nilai baik.
Namun saya lihat ada seorang siswa yang tampak tertunduk dan sepertinya ketakutan. Setelah semua siswa dipanggil, tingalah anak tersebut yang saya panggil namanya. Ia pun ke depan menghampiri saya dengan tanpa bicara sepatahpun.  Saya bertanya pada anak tersebut, "apakah kamu menghapal di rumah ?". Ia menganggukkan kepala. Lantas saya memintanya untuk membacakan surah pendek yang harus dihapalkan. Namun ia menggelengkan kepala, saya tersenyum dan menatapnya. Saya bertanya lagi padanya" coba apa yang kamu hapal ?" Ia kembali menelengkan kepala. Kulihat ada genangan di sudut matanya. Sayapun memegang pundaknya dan saya berkata " jangan takut sayang, kamu gak usah nangis, karena ibu tahu pasti kamu bisa, ibu percaya kamu sudah menghafal, hanya saja kamu sedikit lupa, ayo dicoba lagi ya ". Ia tersenyum mendengar perkataan saya.Kemudian ia pun membaca surah Al-Ikhlas dengan terbata-bata. Saya pun terus menyemengattinya agar ia terus menyelesaikan bacaannya hingga akhirnya ia selesai membaca surah pilihan yang ia hafal. Setelah ia selesai membacakan surah Al-fatihah, saya peluk anak tersebut dan saya puji di depan teman-temannya hingga teman-temannya memberikan aplaus. Terlihat rona kebahagiaan di muka anak tersebut. Ia tampak senang atas pujian saya dan perhatian dari teman-temannya.
Memang anak tersebut termasuk yang mengalami kesulitan belajar sejak dari kelas 1. Namun sejak saat itu ia selalu bersemangat dalam mengikuti pelajaran saya walaupun kemampuannya sangat jauh di bawah kemampuan rata-rata temannya. Namun jika kita memperlakukan ia dengan kasih sayang maka kepercayaan dirinya tumbuh dan motivasi belajarnya semakin meningkat.